(TK),Bandar Lampung, Lampung —Seruan aksi damai yang digelar oleh sejumlah elemen masyarakat di depan Kantor Walikota Bandar Lampung, Jl. Dokter Susilo No.2, Sumur Batu, Teluk Betung Utara, sejak beberapa hari terakhir, hingga kini belum mendapatkan tanggapan resmi dari Walikota Eva Dwiana.
Aksi damai ini merupakan bentuk kegelisahan warga atas bencana banjir yang melanda beberapa wilayah di Bandar Lampung, yang dianggap sebagai dampak dari buruknya kebijakan tata kelola lingkungan selama ini. Sayangnya, seruan warga yang berharap didengar dan mendapatkan solusi konkret justru seperti berbicara pada “tembok bisu”.

Indra Segalo-galo, salah satu aktivis muda yang memimpin jalannya aksi damai pada Senin (28/04/2025), menyuarakan kekecewaannya terhadap sikap Walikota.
“Kami kecewa berat. Sebagai pemimpin, seharusnya Eva Dwiana hadir di tengah rakyat yang sedang berduka dan marah. Bukan malah bersembunyi di balik pagar kekuasaan dan pasukan Satpol PP,” tegas Indra dalam orasinya.
Indra mempertanyakan komitmen Walikota dalam membangun Kota Bandar Lampung.
“Selama kepemimpinan beliau, apa capaian yang benar-benar bermanfaat untuk rakyat? Tugu Pagoda dan JPO? Apa urgensinya untuk mengatasi banjir, kemiskinan, dan kesejahteraan masyarakat? Proyek-proyek itu justru kami duga hanya menjadi ladang korupsi untuk memperkaya diri dan kroni-kroninya,” kritik Indra.
Lebih jauh, Indra menyoroti lemahnya pengawasan terhadap aktivitas tambang galian bukit di sekitar kota, yang disebutnya sebagai salah satu penyebab utama kerusakan lingkungan hingga berujung pada bencana banjir.
“Kebijakan yang hanya mementingkan keuntungan sesaat dari tambang, tanpa memperhitungkan dampak ekologis, hari ini harus dibayar mahal oleh masyarakat. Ada korban jiwa, ada penderitaan. Dan di mana pemimpinnya? Meninjau lokasi hanya untuk pencitraan? Ini sungguh ironi,” kata Indra dengan nada getir.
Tidak hanya itu, Indra juga mengungkapkan dugaan mobilisasi warga yang dilakukan oleh sejumlah lurah dan camat di Kecamatan Panjang. Warga disebut-sebut diminta membawa tiga orang dalam satu RT untuk menyuarakan dukungan terhadap Walikota, dengan imbalan uang tunai sebesar Rp400.000 per orang.
“Ini adalah tindakan memalukan. Kami tahu, mereka mencoba menciptakan ilusi bahwa masyarakat menolak aksi damai kami. Padahal, semua ini penuh rekayasa dan uang. Kami menolak diadu domba. Jangan jual murah martabat rakyat hanya untuk membungkam suara kritis,” tegasnya.
Aksi damai ini, menurut Indra, murni bertujuan meminta tanggung jawab moral dan politik dari Walikota Bandar Lampung. Warga menuntut adanya langkah konkret dalam mengatasi persoalan banjir, termasuk penghentian aktivitas tambang ilegal, rehabilitasi lingkungan, serta perbaikan infrastruktur drainase kota.
“Kami hanya meminta Eva Dwiana turun ke depan publik. Hadapi rakyat yang memilihnya. Dengarkan keluh kesah kami. Seorang pemimpin sejati tidak buta terhadap penderitaan, tidak tuli terhadap kritik, dan tidak bisu ketika rakyatnya berteriak meminta keadilan,” pungkas Indra Segalo-galo dengan lantang.
Aksi damai ini direncanakan akan terus berlanjut hingga pemerintah kota memberikan jawaban dan komitmen nyata terhadap tuntutan masyarakat Bandar Lampung.
(TIM/RED)