(TK),Bandarlampung— Sebuah kasus penipuan yang mengatasnamakan mantan Gubernur Lampung, Arinal Djunaidi, terungkap setelah sebuah percakapan mencurigakan tersebar. Penipuan ini menggunakan modus menawarkan bantuan dana hibah untuk pembangunan atau renovasi masjid/mushalla, serta kelompok tani dan organisasi, dengan menjanjikan bantuan hingga ratusan juta rupiah.
Percakapan yang beredar memperlihatkan seseorang mengaku sebagai Arinal Djunaidi yang menawarkan bantuan dana kepada korban dengan rincian tahap pertama sebesar Rp 20 juta, kemudian dilanjutkan dengan tiga tahap lainnya hingga total mencapai Rp 200 juta. Penipu juga meminta korban mengirimkan beberapa dokumen berupa foto masjid/mushalla, buku tabungan atas nama masjid, serta KTP ketua dan bendahara masjid.
Dalam percakapan tersebut, pelaku berusaha meyakinkan korban dengan menyebut adanya “dana pribadi” yang akan diberikan secara langsung. Selain itu, pelaku juga menjanjikan akan memproses pencairan dana melalui seorang bernama Hansastri, yang diduga juga fiktif.
Menanggapi hal ini, mantan Gubernur Lampung, Arinal Djunaidi, memberikan klarifikasi tegas. “Maaf, ini tidak benar, itu penipuan,” ucap Arinal, membantah keterlibatannya dalam percakapan tersebut. Ia juga menegaskan bahwa pihaknya tidak pernah menawarkan bantuan dalam bentuk apapun melalui pesan pribadi seperti itu.
Penipuan semacam ini sering kali menyasar masyarakat dengan dalih bantuan hibah atau bantuan sosial, menggunakan nama-nama pejabat atau tokoh publik untuk membangun kepercayaan. Oleh karena itu, masyarakat diimbau untuk lebih waspada terhadap tawaran bantuan yang tidak jelas sumbernya dan selalu melakukan konfirmasi langsung kepada pihak-pihak berwenang.
Waspada dan Verifikasi Penting
Bagi masyarakat yang menerima informasi atau penawaran serupa, sangat disarankan untuk memverifikasi terlebih dahulu kebenaran sumber informasi melalui pihak resmi. Jangan mudah tergoda oleh tawaran yang terdengar terlalu baik untuk menjadi kenyataan, dan hindari memberikan dokumen pribadi kepada pihak yang tidak dikenal.
Penipuan ini kembali menjadi pengingat pentingnya kewaspadaan dalam menerima informasi dan penawaran dari pihak yang tidak jelas, terutama ketika melibatkan tokoh publik atau pejabat pemerintahan.
(RED)