Menu

Mode Gelap
Penguatan Layanan Kesehatan: Lapas Narkotika Kelas IIA Bandar Lampung dan RS Graha Husada Tandatangani Perjanjian Kerja Sama FKIP Unila dan Dinas Pendidikan Provinsi Lampung Jalin Kerja Sama untuk Meningkatkan Kualitas Pendidikan Gubernur Lampung Ajak Sinergi Sektor Jasa Keuangan dalam Buka Puasa Bersama: Dorong Pertumbuhan Ekonomi Daerah yang Berkelanjutan Gubernur Lampung Lantik Pj. Sekretaris Daerah: Harapan Baru untuk Masyarakat Lampung yang Sejahtera Buka Puasa Bersama dan Santunan Anak Yatim: Siloam Hospitals Purwakarta Rayakan Ramadan dengan Komitmen Kesehatan Kapolres Lampung Timur Pimpin Latihan Pra Operasi Ketupat Krakatau 2025: Siapkan Kesiapsiagaan untuk Mudik Aman di Idul Fitri

Indek News

Kajian Etika ke-34 Bahas Otoritarianisme dan Kebebasan dalam Pembangunan di Negara-Negara Muslim

badge-check


					Kajian Etika ke-34 Bahas Otoritarianisme dan Kebebasan dalam Pembangunan di Negara-Negara Muslim Perbesar

TK, Jakarta — Dalam edisi ke-34 Kajian Etika dan Peradaban, diskusi bertajuk “Otoritarianisme dan Kebebasan dalam Pembangunan di Negara-Negara Muslim” menghadirkan akademisi Universitas Paramadina Luthfi Assyaukanie, Ph.D dan Dr. Sunaryo bertempat di Hotel Ambhara pada Senin (23/12/2024).

Luthfi Assyaukanie mengangkat pandangan menarik terkait kebangkitan China sebagai alternatif peradaban Barat. Menurutnya, meskipun China merupakan peradaban tua dengan sistem pemerintahan yang terorganisir, keberlanjutan model otoritarianismenya tetap menjadi perdebatan. Mengutip John Mearsheimer, Luthfi menekankan bahwa negara otoriter cenderung terlihat kuat dari luar namun rapuh di dalam.

Ia juga mengapresiasi pandangan ekonom Keyu Jin, yang memahami dinamika peradaban Timur dan Barat. Keyu Jin, yang memiliki latar belakang unik sebagai anak seorang mantan Perdana Menteri China dan tokoh Partai Komunis China, membawa perspektif segar dalam menilai perang dagang dan kebangkitan China.

Dalam diskusi tersebut, Luthfi juga menyoroti pentingnya keterbukaan ekonomi bagi negara-negara Muslim untuk mencapai pembangunan yang berkelanjutan. Ia mencontohkan strategi pembangunan nasional seperti Vision 2030 Arab Saudi, Indonesia Emas 2045, dan Continental 2071 Uni Emirat Arab sebagai bukti bahwa visi ekonomi yang terarah dapat mendorong kemajuan.

Dr. Sunaryo mengangkat pandangan filosofis dari Amartya Sen dan Soedjatmoko, yang menekankan pentingnya kebebasan sebagai inti dari pembangunan. Dalam karyanya Development as Freedom (1999), Amartya Sen mengartikan pembangunan sebagai perluasan kapabilitas individu untuk menjalani hidup yang bernilai. Sementara itu, Soedjatmoko dalam Development and Freedom (1984) menekankan pentingnya pembangunan yang demokratis dan mendukung kebebasan masyarakat.

Sunaryo menegaskan bahwa partisipasi masyarakat dalam proses pembangunan menjadi krusial. Pendidikan, menurutnya, adalah kunci untuk memanusiakan manusia, mengembangkan kapasitas penalaran, dan menciptakan arah pembangunan yang sesuai dengan aspirasi masyarakat. Ia juga menggarisbawahi perlunya sinergi antara negara dan masyarakat sipil dalam menentukan arah pembangunan yang menghormati keragaman nilai, serta menghindari jebakan budaya yang mendehumanisasi seperti feodalisme.

(**)

Facebook Comments Box

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Baca Lainnya

Jalan Pekon Karang Agung Longsor, Akses Terputus Sementara

17 Mei 2025 - 05:29 WIB

“Lampung Akan Bentuk Kelas Migran di Seluruh SMA/SMK untuk Siapkan Pekerja Migran Profesional”

16 Mei 2025 - 07:04 WIB

Mantan Wakil Gubernur Lampung Bachtiar Basri Meninggal Dunia Akibat Serangan Jantung

16 Mei 2025 - 06:57 WIB

Pendaki Meninggal di Puncak Gunung Pesagi, Proses Evakuasi Sedang Berlangsung

16 Mei 2025 - 06:45 WIB

Wakil Gubernur Lampung Bachtiar Basri Wafat di Usia 72 Tahun

15 Mei 2025 - 12:17 WIB

Trending di Bandar Lampung

You cannot copy content of this page